1. Analisis
Transaksional Berne
Teori transaksional analisis merupakan karya besar
Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah
seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori transaksional
analisis merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam
konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis
transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang
mendasar. Transaksional analisis adalah suatu proses transaksi atau perjanjian
yang mana melalui perjanjian inilah proses terapi akan dikembangkan sendiri
oleh klien hingga proses pengambilan keputusan pun diambil sendiri oleh klien.
A. Konsep Dasar
Pandangan Analisis Transaksional Tentang Kepribadian
Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian
dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa
lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita
tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan
perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik,
Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi
diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua. Konsep utama
analisis transaksional Pada hakekatnya manusia adalah :
1.
Kehidupan manusia bukanlah
merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik).
2.
Manusia mampu memahami
keputusan-keputusannya pd masa lalu & kemudian dpt memilih untuk memutuskan
kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yg pernah diambil.
3.
Manusia mempunyai
kapasitas untuk memilih & dlm tingkat sesadaran tertentu indv dpt menjadi
mandiri dlm menghadapi persoalan hidupnya.
4.
Hekekat manusia selalu
ditempatkan dlm interaksi & interelasi sbg dasar pertumtumbuhan dirinya.
Selajutnya Struktur Kepribadian dari analisis
transaksional:
1.
Kepribadian manusia
terdiri dari 3 status ego : ego orang tua, ego orang dewasa dan ego anak
2.
Ego orang tua : bagain
dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus
& semestinya)
3.
Ego dewasa : bagian dari
kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, tidak menghakimi,
berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk
menggunakan informasi yang tersdia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik
dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi
hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dalam menghadapi
kehidupan.
4.
Ego anak : bagian dari
kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan,
berubah-ubah, ingin tahu dan sebaginya. Ego Anak berisi perasaan-perasaan,
dorongan-dorongan , dan tindakan –tindakan spontan
B. Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
a. Ego state child
Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak
seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state
child ini ialah:
1.
Adapted child
(kekanak-kanakan). Unsur ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena
banyak orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam
sentuhan.
2.
Natural child (anak yang
alamiah). Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya
yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan kebanyakan orang
senang pada saat terjadinya transaksi.
3.
Little professor. Unsur
ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan
menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah menunjukkan
kebenaran.
b. Ego state parent
Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak
menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini
terbagi dua yaitu:
1.
Critical parent. Bagian
ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti menujukkan
sifat judes, cerewet, dll.
2.
Nurturing parent.
Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain sebagianya.
c. Ego state adult
Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai
pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.
2. Tujuan Terapi
Tujuan utama dari AT adalah membantu klien dalam
membuat keputusan-keputusan baru yang berhubungan tingkah lakunya saat ini dan
arah hidupnya. Menurut Berne (1964) dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT
adalah pencapaian otonom yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga
karakteristik; kesadaran, spontanitas, dan keakraban. Penekanan terapi adalah
menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh
skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri dan gaya hidup otonom ditandai
dengan kesadaran spontanitas dan keakraban..
3. Peran Terapi
Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988)
memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara
sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis
menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional,
analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988),
peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa
lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal
tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan
strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang
sekarang mungkin akan dipertimbangkannya.
C. Teknik-Teknik Terapi
Analisis Transaksional
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1.
Permission : Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh
dilakukan oleh orang tuanya
2.
Protection : Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh
melanggar terhadap peraturan orang tuanya.
3.
Potency :Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari
injuction yang diberikan orang tuanya.
4.
Operation
a.
Interrogation
Mengkonfrontasikan
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang
respon adult dalam dirinya.
b.
Specification
Mengkhususkan
hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya.
c.
Confrontation
Menunjukkan kesenjangan atau ketidak beresan
pada diri klien
d.
Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor
dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar
klien)
e.
Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego
statenya digunakan secara tepat.
f.
Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
g.
Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah
lakunya
h.
Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh
mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.
2. Rational Emotionally
Therapy (ELLIS)
Konseling rational emotive behavior atau lebih
tepatnya disebut rational emotive behavior therapy ( REBT) dikembangkan oleh
Albert Ellis pada tahun 1962. Rasional emotive adalah aliran yang berusaha
memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan
dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Menurut Ellis (dalam
Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat
komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi,
kognisi, dan perilaku.
A. Konsep Dasar
Pandangan Ellis Terhadap Perilaku atau Kepribadian
Pandangan dari pendekatan rational emotive
tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep teori Albert Ellis. Ada
tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan teori ABC, yaitu :
Antecedent event (A)
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang
dialami individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku
atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa dan
seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecedent event bagi seseorang.
Belief (B)
Belif (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai atau
verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua
macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belif atau rB) dan keyakinan
yang tidak rasional (irasional belif atau iB).
Emotional consequence (C)
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi
emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam membentuk perasaan senang
atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A).
B. Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
Masalah yang dihadapi klien dalam pendekatan Konseling
Rasional-Emotife itu muncul disebabkan karena ketidak logisan klien dalam
berfikir. Menurut konseling rational emotif ini, individu merasa dicela, diejek
dan tidak diacuhkan oleh individu lain kerena ia memiliki keyakinan dan
berpikir bahwa individu lain itu mencela dan tidak mengacuhkan dirinya.
2. Tujuan Terapi
a. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara
berpikir, keyakinan klien yang Irrasional menjadi rasional
b. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak
diri (benci, takut, rasa bersalah, cemas, dll)
c. Melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi
kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan rasa percaya diri.
3. Peran Terapi
Tugas konselor adalah membantu individu yang tidak
bahagia dan menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa kesulitannya
disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak logis dan
usaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, dan
perilaku yang tidak logis.
Peran terapis dalam metode RET dalam terapi ini adalah
sebagai berikut:
a.
Aktif, yaitu berbicara,
mengkonfrontasikan (yang irrasional), menafsirkan, menyerang falsafah yang
menyalahkan diri
b.
Direktif, yaitu
menerangkan ketidakrasionalan yang dialami dan yang ditunjukkan oleh klien baik
berupa tingkah laku verbal, maupun sikapnya yang terlihat, juga mengajari klien
untuk menggunakan metode-metode perilaku misalnya desentisasi dan latihan
asertif.
C. Teknik – Teknik
Rational Emotionally Therapy
a. Teknik Emotive
Menurut Corey (1995) ada beberapa teknik emotif,
yaitu:
a) assertive training; digunakan untuk melatih, mendorong
dan membiasakan klien untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan
pola perilaku sesuai dengan yang diinginkannya,
b) sosiodrama; digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis
perasaan yang menekan klien (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana
yang dramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapan dirinya
sendiri baik secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis,
c) self modeling, digunakan dengan meminta klien untuk
berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan
atau perilaku tertentu.
d) irnitasi, digunakan dimana klien diminta untuk
menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud
menghadapi perilakunya sendiri yang negative.
b. Teknik Behavioristik
Ada dua teknik behavioristik yaitu;
1. Reinforment, digunakan untuk mendorong klien kearah
perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal
ataupun punishment,
2. Social modeling, digunakan untuk menggambarkan
perilaku –perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang
kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan
masalah-masalah.
c. Teknik Kognitif
Teknik kognitif yang cukup dikenal adalah Home Work
Assigment atau teknik tugas rumah, digunakan agar klien dapat membiasakan diri
serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntun pola perilaku
yang diharapkan (Corey, 1995).
3. Terapi Perilaku
(Behaviour Therapy)
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior
modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori
Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi
seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang
didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku
yang tidak diinginkan.
A. Konsep Dasar Teori Perilaku Tentang Kepribadian
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian
(conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut,
merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada tahun 1927, Ivan
Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell
untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai
Stimulus dan Respon. Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953
dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo.
B. Unsur-Unsur Terapi
1. Tujuan
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap
tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang
maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus
dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi
tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang
tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya
terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
2. Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan
direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah
pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah
laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis
tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan
yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
3. Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah
satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial
adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku
menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan
terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada
para klien.
C. Teknik-Teknik Terapi
1. Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi
perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi
fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi
Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater
Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk
berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini
berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek
menghadapi respons dan menghentikan pelarian.
3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan
perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku
individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike
pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini
digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk
meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku
maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan
untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang
menakutkan mereka. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian
klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku
mereka untuk menghindari rangsangan negatif.
5. Latihan relaksasi. Relaksasi menghasilkan efek
fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan denyut jantung yang
lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular.
Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya,
seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
6. Observational learning, Juga dikenal sebagai:
monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran: Attention to
the model, Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan
model), Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi), Motivation and
opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi
dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya) reinforcement. Punishment may
discourage repetition of the behaviour.
7. Latihan Asertif. Tehnik latihan asertif membantu
klien yang:
a. Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa
mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.
b. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu
mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
c. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan
kata “Tidak”.
d. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan
dan pikiran-pikiran sendiri.
8. Terapi Aversi. Teknik-teknik pengondisian aversi, yang
telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang
spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu
stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan
terhambat/hilang. Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif,
Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
9. Pengondisian operan. Tingkah laku operan adalah
tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah
laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku
operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang
mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain,
dsb. Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip
penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola
tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan.
Sumber :