I.
Pengantar
1.
Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi berawal dari upaya
menyembuhkan pasien yang menderita penyakit jiwa. Psikoterapi adalah perawatan
dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis. Istilah tersebut mencakup
berbagai teknik yang kesemuanya dimaksudkan membantu individu yang emosinya
terganggu untuk mengubah perilaku dan perasaannya, sehingga mereka dapat
mengembangkan cara yang bermanfaat dalam menghadapi orang lain.
2.
Tujuan Psikoterapi
a.
memperkuat
motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
b.
mengurangi
tekanan emosional
c.
mengembangkan
potensi klien
d.
mengubah
kebiasaan
e.
memodifikasi
struktur kognisi
f.
memperoleh
pengetahuan tentang diri
g.
mengembangkan
kemampuan berkomunikasi & hubungan interpersonal
h.
meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan
i.
mengubah
kondisi fisik
j.
mengubah
kesadaran diri
k.
mengubah
lingkungan sosial
3.
Unsur-unsur Psikoterapi
Menurut masserman ada 7 parameter
pengaruh dasar yang mencangkup yang laim pada jenis psikoterapi yaitu
a.
Peran
sosial (martabat) psikoterapis
b.
Hubungan
persekutuan
c.
Hak
d.
Retropeksi
e.
Rehabilitasi
f.
Resosialisasi
g.
Rekapitulasi
h.
Perbedaan
Psikoterapi dan Konseling
4.
Perbedaan Psikologi dan Konseling
Dalam pemberian bantuan konseling
lebih memberi dorongan dengan cara mencurahkan pengalamanya kepada psikolog
sedangkan psikoterapi lebih jelas dan memberikan pemahaman secara rekontruksi
yang memiliki tahapan tergantung pada kasus yang di alami oleh klien. Konseling
cara penanganan lebih ke terapi humanistik dan psikoterapi melalui terapi behavioristik
/ psikoanalisis dan pengobatan medis. Konseling pada umumnya menangani
orang normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami
gangguan psikologis. konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek
sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak
sadar, dan berjangka panjang. konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan
konkret sedangkan psikoterpai sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan
yang berubah-ubah serta berkembang terus.
5.
Pendekatan terhadap Mental Illnes
a.
Terapi Psikoanalisis (Psikodinamika)
Membuat sesuatu
yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik yang
ditekan melalui pemahaman intelektual. Tujuannya adalah agar klien menyadari
apa yang sebelumnya tidak disadarinya.
b.
Terapi Behavioral
Manusia
bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau
aksi-reaksi). Dalam hal ini berkaitan dengan classical conditioning (Ivan
Pavlov) yang menggunakan anjing sebagai percobaannya, ketika anjing menekan bel
muncul makanan dan air liur. Selain itu juga operant conditioning (B.F
Skinner) yang menggunakan tikus sebagai percobaannya.
c.
Terapi Humanistik
Sebuah
pendekatan umum terhadap perilaku manusia yang menekankan pada keunikan,
keberhargaan, dan nilai tujuan pribadi. Terapi humanistic adalah terapi yang
dimaksudkan untuk menangani manusia secara menyeluruh.
d.
Terapi Kognitif
Perilaku
manusia dipengaruhi oleh pikirannya. Terapi ini lebih fokus pada memodifikasi
pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Tujuan terapi ini adalah mengubah
pola piker dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
6.
Bentuk Utama
Terapi
a.
Teknik Terapi Psikoanalisa
Terapi ini menekankan fungsi
pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan
agresif dari id.
b.
Teknik Terapi Perilaku
Terapi yang menggunakan prinsip
belajar untuk memodifikasi perilaku individu. Antara lain: desensitisasi,
flooding, penguatan sistematis, pemodelan, dan regulasi diri yang melibatkan
pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri.
c.
Teknik Terapi Kognitif
Prinsip utama dari terapi ini adalah
fokus pada kemampuan pasien untuk mengembangkan cara berpikir melalui cognitive
style. Tujuannya adalah mengajarkan pada pasien bagaimana menerapkan pola
piker dan perilaku yang tepat, sehingga dapat membantu mereka membuang
pemikiran yang menyimpang atau maladaptif.
d.
Teknik Terapi Humanistik
Membantu individu menyadari diri
yang sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang
minimal (client-centered therapy). Terapi tersebut percaya bahwa
karakteristik terapi yang penting untuk kemajuan dan eksplorasi diri klien
yaitu empati, kehangatan, dan ketulusan.
II.
Terapi
Psikoanalisa
1.
Konsep Dasar Teori Psikoanalisa
Tentang Kepribadian
Sigmund Freud mengemukakan
bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Topografi
atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness)
dalan setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan
tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur
kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural
yang lain, yakni id, ego, dan superego.
a.
Kesadaran
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati
pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan
mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness).
b.
Struktur Kepribadiaan
1.
Kesadaran dan
ketidaksadaran
Pemahaman
tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan
terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan
problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat
dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi
logisnya. Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis
dari keseluruhan pikiran manusia.
2.
Kecemasan
Kecemasan
ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego
tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Fungsinya adalah
mengingatkan adanya bahaya yang datang.
3.
Mekanisme pertahanan
ego
Untuk
menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil
tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu,
disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego
terhadap tekanan kecemasan.
a. Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek
psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives.
b. Ego
Ego
berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (realityprinciple), usaha memperoleh kepuasan
yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan barn atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
c. Superego
Superego
adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip
kepuasan Id dan prinsip realistik dad Ego. Superego berkembang dari ego, dan
seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri.
2.
Unsur-unsur Terapis
a. Munculnya
masalah/gangguan, Psikoterapi berupaya untuk memunculkan penyebab masalah atau
gangguan itu muncul melalui intervensi yang ditinjau dari lingkungan,
kepribadian, faktor ekonomi, afeksi, komunikasi interpesonal dan lain
sebagainya. Dengan usaha lebih mengenal penyebab gangguan itu muncul klien
dapat memperkuat diri agar terhindar dari resiko yang tinggi dengan modifikasi
interaksi terhdap lingkungannya.
b. Tujuan
psikoterapi :
a). Memperkuat motivasi untuk melakukan
hal-hal yg benar.
b). Mengurangi tekanan emosi melalui
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yg mendalam
c). Membantu mengembangkan potensi
d). Mengubah kebiasaan, memberi
kesempatan perubahan perilaku (menyiapkan situasi belajar baru)
e). Mengubah struktur kognitif
individu f). Meningkatkan pengetahuan & pengambilan keputusan
g). Meningkatkan pengetahuan diri atau insight
h). Meningkatkan kualitas hubungan sosial i). Mengubah lingkungan sosial
f). Mengubah proses somatik supaya
mengurangi rasa sakit
g). Mengubah status kesadaran untuk
mengembangkan kesadaran, kontrol dan kreativitas diri
c.
Peran terapis, Goodstein (1972) juga menyebut peran
terapis sebagai pemberi perkuatan. Menurut Goodstein (hlm. 274), “peran
konselor adalah menunjang perkembangan tingkah laku yang secara sosial layak
dengan secara sisternatis memperkuat jenis tingkah laku klien semacam itu”.
Minat perhatian, dan persetujuan (ataupun ketidakberminatan dan
ketidaksetujuan) terapis adalah penguat – penguat yang hebat bagi tingkah laku
klien.
3.
Teknik-teknik terapi
a. Free association, salah satu alat
untuk “open the door” ke : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik,
motivasi yang tidak disadari. prosedur :
a). pasien rileks duduk / berbaring di sofa (“couch”)
b.) mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa
sensor).
(diinterpretasi sbg ekspresi simbolik dari pikiran2
& perasaan2 yg direpres) tugas terapis : mendengarkan, mencatat,
menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing
pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak
disadari)
b. Analysis of transference, pasien
“displace” perasaan2 (love/hate) terhadap significant other (seringkali orang
tua), kepada terapis terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa
lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa ke masa sekarang
(terhadap terapis), tugas terapis : menginterpretasi/menganalisis, membuat
pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu –
sekarang, menyadari dorongan2 yang tidak disadarinya), membantu pasien
mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi,
mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik,
membuat keputusan yang realistik & matang).
c. Analisis resisten, sesuatu yang
melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak
disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidak sediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu.
Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang
digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa
dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau
perasaan yang direpres tersebut (Corey, 1995). Dalam proses terapi, resistensi
bukanlah sesuatu yang harus diatasi, karena merupakan perwujudan dari
pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari. Resistensi ini dapat
dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan, meski sebenamya
menghambat kemampuannya untuk menghadapi hidup yang lebih memuaskan (Corey,
1995).
d. dream analysis, mimpi -à “royal
road” to the unconscious: membuka bahan2 (keinginan, dorongan) / masalah2 yg
tidak disadari, sebagai “symbolic wishfulfillment”. Proses : tidur — MPE
(terutama represi) lemah — dalam mimpi : muncul ke permukaan / keluar halus
(simbol) — diceritakan