A.
Empowerment stres & konflik
1.
Pengertian Empowerment
Adalah Pemberdayaan berasal dari kata daya yang mendapat awalan
ber- yang menjadi kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya
artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan
dari empowermentdalam bahasa inggris.
2. Kunci efektifitas empowerment dalam manajemen
Penilaian tentang efektifitas program
menunjuk pada keberhasilan program dalam mencapai tujuan ataupun mengatasi
masalah yang dihadapi. Meningingat Poltekkes Depkes Manado melaksanakan Fungsi
administrasinya secara Lini dan Staf, maka seluruh pegawai adalah yang
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dan Direktur Poltekkes sebagai pemegang
jabatan tertinggi adalah pengambil keputusan menentukan hasil akhir untuk
mencapai hasil sesuai tujuan yang ingin yang ingin dicapai.
3. Pengertian Stres
Stres adalah
suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang
tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol
secara sehat. Stress adalah istilah payung yang merangkumi tekanan, beban,
konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, anxieti, kemurungan
dan hilang daya pertimbangan.
4. Sumber stress pada manusia
Faktor Lingkungan, Faktor Organisasi,
Faktor Pribadi
5. Pendekatan terhadap stress pada manusia
a. Pendekatan Individu
Seorang karyawan
dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat
individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan
relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang
karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja
yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar
lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu
untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan
saran-saran bagi dirinya.
b. Pendekatan Perusahaan
Beberapa penyebab
stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang
scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah.
Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi
organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan
menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi
penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati,
1999:77-78):
6. Definisi Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi
oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
7. Jenis-jenis Konflik
a. Konflik Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam,
yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional
(Dysfunctional Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung
pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik
disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
b. Konflik Dilihat dari Pihak yang
Terlibat di Dalamnya Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik,
Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
1.
Konflik dalam diri individu (conflict within the
individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang
saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas
kemampuannya.
2.
Konflik antar-individu (conflict among individuals). Terjadi
karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang
satu dengan individu yang lain.
3.
Konflik antara individu dan kelompok (conflict among
individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri
dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict
among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing -
masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk
mencapainya.
5.
Konflik antar organisasi (conflict among organizations).
Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan
dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya
yang sama.
6.
Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda
(conflict among individuals in different organizations). Konflik ini terjadi
sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak
negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang
manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan
yang dilansir seorang jurnalis.
c. Konflik Dilihat dari Posisi
Seseorang dalam Struktur Organisasi, Winardi (1992:174) membagi konflik menjadi
empat macam, dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi. Keempat
jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan
yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara
atasan dan bawahan.
2.
Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara
mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi.
Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3.
Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara
karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang
biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
4.
Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang
mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Di samping
klasifikasi tersebut di atas, ada juga klasifikasi lain, misalnya yang
dikemukakan oleh Schermerhorn, et al. (1982), yang membagi konflik
atas: substantive conflict, emotional conflict, constructive
conflict, dan destructive conflict.
8. Proses Konflik
1.
oposisi atau ketidakcocokan potensial;
2.
kognisi dan personalisasi;
3.
maksud;
4.
perilaku; dan
5.
hasil.
B.
Komunikasi dalam Manajemen
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah
"suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi,dan masyarakat menciptakan,dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain".Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa
nonverbal.
2. Proses Komunikasi
Komunikator (sender)
yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan
kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi
dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua
pihak. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau
saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara
langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya. media (channel)
alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan. Komunikan
(receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang
diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. Komunikan
(receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud
oleh si pengirim.
3. Hambatan dalam komunikasi
HAMBATAN
FISIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Merupakan jenis
hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna netra,
tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus saling
berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan penting dalam
komunikasi ini.
Contoh: Apabila terdapat seorang
perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini maka perawat harus bersikap
lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada pasien lain. Perawat harus lebih
memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara pada pasien tuna rungu.
Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara
maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan,
gerakan mulut) agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si
pasien tuna wicara isa membawa rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa
yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN
SEMANTIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Semantik adalah
pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi hambatan
semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh
komunikator, maupun komunikan.Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya: Salah pengucapan kata atau istilah
karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi
Adanya perbedaan makna dan pengertian
pada kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera:
anak laki-laki)
Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju
bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara
konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia,
bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara
denotatif sedangkan komunikan menangkap secara konotatif maka komunikasi kita
gagal.
HAMBATAN
PSIKOLOGIS DALAM PROSES KOMUNIKASI
Disebut sebagai
hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur
dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi dibagi menjadi 4 :
Perbedaan kepentingan
atau interest. Kepentingan atau
interst akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati
pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara
gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui
makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang
yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian
kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka
pastilah kita akan meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
Lebih jauh Effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana telah
dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.
Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan
atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian,
komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi komunikan
seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya, apabila
komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting oleh
komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa
agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
Prasangka Menurut Sears,
prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain,
dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh gambaran yang
jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian
persepsi.
4. Komunikasi Interpersonal :
a.
Componential
Definisi berdasarkan
komponen menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati
komponen-komponen utamanya dalam hal ini, peyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
b.
Situasional
Situasi yang
menyenangkan akan menciptakan komunikasi yang menyenangkan pula, dan akan menimbulkan
persepsi yang baik pula. Karena pada dasarnya sikap emosi akan mudah terpancing
saat berada pada situasi yang salah, sehingga akan membentuk persepsi dimana
ego akan lebih mendominasi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (
Desiderato, 1976:129 ). Jalaludin Rakhmat dalam bukunya (
Psikologi Komunikasi 2009:56 ) menyebutkan beberapa faktor dalam pembentukan
persepsi manusia. Yang pertama faktor Fungsional, berasal dari kebutuhan serta
pengalaman masa lalu. Dalam hal ini Krech danCruthfield juga
merumuskan, persepsi bersifat selektif secara fungsional, objek yang
mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi. Beberapa contoh adalah faktor kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap
persepsi, serta faktor biologis juga menyebabkan persepsi yang berbeda. Kedua
merupakan faktor Stuktural, berasal dari sifat stimuli fisik dan efek
saraf yang ditimbulkanya pada sistem saraf individu.
5. Model pengolahan informasi komunikasi
a.
Rational
Proses informasi
adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam
proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima
pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal,
memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi
terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan
pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
b.
Limited capacity
komunikasi terbatas sering menimbulkan
kekacauan komunikasi seperti salah pengertian akan maksud yang disampaikan .
c.
Expert
komunikasi adalah sebuah ketrampilan
yang bisa dipelajari dan dikuasai oleh siapapun, sama seperti halnya
keterampilan-ketrampilan lainnya. Saat ini kita hidup di era yang sangat
menarik, di mana banyak diajarkan hal-hal yang akan menjadikan ketrampilan
komunikasi kita semakin canggih, antara lain hipnotis/hipnosis, nlp (neuro
language program), dan lain sebagainya
d.
Cybermetic
sistim yang memandang terdapatnya suatu
hubungan yang saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam
sistim.
6.
model interaktif manajemen dalam komunikasi
a.
confidence: merupakan bagian integral dari keyakinan budaya seseorang
dan mempengaruhi keyakinan klien terhadap penyakitnya.
b.
immediacy: memberikan pengaruh
fresh terhadap informasi yang disampaikan .
c.interaction manajemen: interaksi
manajemen dalam komunikasi memberi pengaruh yang sangat besar dalam peroses
pengelolaan komunikasi.
d.
expresiviness: juga memberikan pengaruh
yg sangat besar juga dalam pengelolaan informasi komunikasi manajemen
e.
other orientation: orientasi lainnya hanya sebagai pendukung saja.
DAFTAR PUSTAKA