a. Pengantar
1.
Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Stoner). Psikologi manajemen adalah suatu studi
tentang tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka
melaksanakan funsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manajemen
merupakan ilmu dan seni.
Ada 4
fungsi utama dalam manajemen: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Pengarahan (Actuating/Directing),
dan Pengawasan (Controlling).
2.
Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan adalah
faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan
adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat
bersaing secara baik. Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis
di bidang organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek
individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut
menerapkan kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam
arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas
bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.
3.
Teori Kepemimpinan
Fiddler mendefinisikan efektivitas pemimpin dalam hal performa grup dalam
mencapai tujuannya. Fiddler membagi tipe pemimpin menjadi 2: yang berorientasi
pada tugas dan yang berorientasi pada maintenance. Dari observasi ini ditemukan
fakta bahwa tidak ada korelasi konsisten antara efektifitas grup dan perilaku
kepemimpinan. Pemimpin yang berorientasi pada tugas akan efektif
pada 2 set kondisi.
Pada set yang
pertama, pemimpin ini sangat memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya,
tugas yang didelegasikan pada anggota sangat terstruktur dengan baik, dan
memiliki posisi yang tinggi dengan otoritas yang tinggi juga. Pada keadaan ini,
grup sangat termotivasi melakukan tugasnya dan bersedia melakukan tugas yang
diberikan dengan sebaik-baiknya.
Pada set yang
kedua, pemimpin ini tidak memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya, tugas
yang diberikan tidak jelas, dan memiliki posisi dan otoritas yang rendah. Dalam
kondisi semacam ini, pemimpin mempunyai kemungkinan untuk mengambil alih
tanggung jawab dalam mengambil keputusan, dan mengarahkan anggotanya.
Kepemimpinan
tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi2 yg spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi
yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak
ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun,
sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan
bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya.
Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal
yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tsb harus
dipertimbangkan. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni
mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektip dibanding
para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada
orang/hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah
ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih
efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
4.
Model Kepemimpinan
Normatif
Vroom dan
Yetton (1973) mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama:
metode taksonomi kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan pohon
keputusan (decision tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang
teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):
i.
Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan
informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
ii.
Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan
informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu
menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
iii.
Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan
individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan
mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
iv.
Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok,
mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan
kemudian membuat keputusan.
v.
Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok,
mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun
yang dibuat oleh kelompok.
5.
Path-Goal
Theory dan Kepemimpinan
Sekarang ini
salah satu pendekatan yang paling diyakini adalah teori path-goal, teori
path-goal adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan
oleh Robert House, yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State
tentang kepemimpinan pada inisiating structure dan consideration
serta teori pengharapan motivasi.
Menurut teori path-goal,
suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang
ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa
mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang membuat bawahan
merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan (menyediakan
ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif
(Robins, 2002).
Model path-goal
menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan
melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan
sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy
Theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh
hubungan antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil
(goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif
ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka
lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga
mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu
bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
b. Perencanaan, Penetapan Manajenen
1.
Definisi dari Perencanaan Manajemen
Dalam manajemen,
perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi
lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Perencanaan merupakan suatu
proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan, rencana harus diimplementasikan . Setiap
saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana
memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Perencanaan
kembali terkadang dapat menjadi faktorkunci pencapaian
sukses akhir. Oleh karena itu perencanaan harus
mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyesuaikan diri dengansituasi dan kondisi yang baru secepat
mungkin. Perencanaan juga merupakan pemikiran kegiatan-kegiatan
apa saja sebelumdilaksanakan. Berbagai kegiatan ini
biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana, atau
logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat . Salah satu
aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan
(decision Making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan
kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Keputusan-keputusan harus dibuat pada bebagai
tahap dalam proses perencanaan.
2.
Langkah-Langkah Dalam Menyusun Perencanaan Manajemen
Langkah-langkah dalam
perencanaan, dimana secara garis besarnya terdiri dari empat langkah dasar
perencanaan yang bisa diterapkan untuk semua tipe jenajang organisasi/ lembaga/
institusi. Langkah-langkahnya antara lain adalah :
·
Menetapkan sasaran : Kegiatan
perencanaan dimulai dengan menetapkan apasaja yang ingin dicapai oleh
organisasi, tanpa dasar yang jelas, sumber daya yang ada akan meluas menyebar
dengan menetapkan prioritas dan merinci serta mengkalkulasi sasaran secara
jelas maka organisasi dapat mengarahkan sega sumber daya yang lebih efektif dan
efisien serta tepat guna dan tepat sasaran.
·
Merumuskan Posisi
Organisasi : Posisi organisasi saat ini diman pimpinan harus tahu dengan
posisi organisasinya saat ini. Sumber daya apa yang dimiliki organisasinya saat
ini. Barulah rencana dapat disusun setelah diketahui posisi organisasinya,
kekuatan-kekuatan yang akan melaksanakan dari apa-apa yang telah direncanakan
dengan mengetahui keuangan dan statistic organisasi saat ini.
·
Mengidentifikasi
berbagai faktor : Mengetahui factor-faktor pendukung dan
penghambat selanjutnya perlu diketahui factor-faktor baik dari dalam maupun
yang datang dari luar yang diperkirakan dapat membantu dan mendukung serta yang
menghambat organisasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
·
Menyusun langkah-langkah
untuk mencapai sasaran : Langkah terakhir dalam menyusun perencanaan
adalah mengembangkan berbagai kemungkinan alternative atau langkah yang diambil
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, mengevaluasi alternative ini
dengan memilih mana yang baik dan mana yang dianggap cocok dan memuaskan.
3.
Manfaat Perencanaan dalam Suatu Organisasi
Organisasi adalah dimana
sekumpulan orang-orang saling berpendapat dan mengerjakan suatu hal dimana hal
tersebut membutuhkan suatu hasil yang diharapkan oleh satu organisasi
tersebut.Organisasi membutuhkan suatu perencanaan untuk memudahkan pekerjaan
mereka dalam memutuskan suatu keputusan yang ingin diambil.
Manfaat perencanaan bagi
organisasi :
a.
Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
b.
Membuat tujuan lebih khusus,terperinci dan mudah
di pahami
c.
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
d.
Manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas
4. Jenis-Jenis Perencanaan dalam Organisasi
1.
Perencanaan
Strategis, Perencanaan strategis dianggap
oleh organisasi secara keseluruhan dan dihasilkan oleh tingkat hirarki yang
lebih tinggi dari sebuah organisasi. Berkaitan dengan tujuan jangka panjang dan
strategi dan tindakan untuk mencapainya.
2.
Perencanaan
Taktis / Taktik, Pada tingkat kedua dari
perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap area fungsional bisnis,
termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi oleh tingkat organisasi
menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia untuk
jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan mudah mengidentifikasi
tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala bagian.
3.
Perencanaan
Operasional, Ketidakpastian yang disebabkan
oleh tekanan dan pengaruh lingkungan harus berasimilasi pada pertengahan atau
taktik yang harus mengkonversi dan menafsirkan keputusan strategis, tingkat
tertinggi, ke dalam rencana konkrit di tengah dan membuat rencana yang akan
dilakukan dan, pada gilirannya, dibagi lagi menjadi rencana operasional dan
rincian yang akan dijalankan pada tingkat operasional.
4.
Perencanaan
Normatif, Mengacu pada penciptaan standar, kebijakan serta
peraturan yang ditetapkan untuk operasi organisasi. Hal ini bergantung pada
pembentukan standar, metodologi dan metode untuk berfungsinya kegiatan yang
direncanakan.
Daftar
Pustaka
psikologi.binadarma.ac.id/jurnal_marcel_rita.pdf.indonesian
Arief Bowo PK, SE., MM. “Perencanaan”. Jakarta:
Universitas Mercu Buana, 2008
http://abadananjar.blogspot.com/2012/04/psikologi-manajemen.html